Jumat, 06 Februari 2009

Perjalanan Luar Angkasa


Sebuah acara di saluran televisi National Geographic Channel tentang perjalanan masa depan yang dicanangkan oleh NASA ke planet Mars (planet tetangga kita di tata surya), yang aku lupa nama acaranya apa, membuat aku berfikir dan ingin menuangkan fikiranku ke dalam tulisan ini. Aku yang memang dari kecil, sejak tahun 1970an, selalu membayangkan perjalanan ruang angkasa di tahun 2000an kelak, kini hanya tetap berangan2 saja, karena ternyata teknologi manusia saat ini belum mampu membawa manusia ke planet terdekatpun dari Bumi. Dari sinilah lahir ide tulisan ini, aku coba membayangkan bagaimana rumitnya perjalanan ruang angkasa ini walaupun kerumitan dari perjalanan angkasa ini adalah mungkin kerumitan yang paling simpel namun tetap saja ‘kerumitan’ ini masih sangat sulit diatasi oleh teknologi saat ini.

Kerumitan apa yang saya fikirkan? Yang paling dasar adalah tentu kerumitan komunikasi. Seperti yang kita ketahui, perjalanan ruang angkasa saat ini dikontrol dan dimonitor oleh pusat pengendali di Bumi, kalau di AS mungkin seperti di Houston, Texas dan di Rusia mungkin seperti di Baikhonur, Kazakhstan. Pemonitoran dari bumi ini tentu saja penting, sebab jikalau terjadi sesuatu dengan pesawat ruang angkasa yang diawaki oleh astronot, yang tidak bisa diatasi oleh sang astronot, tentu bantuan dari bumi baik berupa bantuan fisik ataupun saran dari para ahli akan sangat membantu sang astronot. Nah, itu jikalau pesawat ruang angkasa (kapsul) berada di dekat2 bumi. Sekarang bagaimana untuk perjalanan jauh?? Sekarang kita bayangkan dulu perjalanan ke Mars dengan teknologi komunikasi tercanggih saat ini. Kita mengetahui jarak Matahari-Mars adalah kira-kira 225 juta kilometer, sedangkan jarak Matahari-Bumi kira2 adalah 150 juta kilometer. Jadi secara (sangat) kasar (sekali), untuk kesederhanaan perhitungan, taruhlah jarak Bumi-Mars adalah 75 juta kilometer. Nah, sekarang andaikan pesawat angkasa di Mars ingin berkomunikasi dengan Bumi dengan menggunakan teknologi komunikasi saat ini, dan karena sinyal radio, termasuk sinyal HP, bergerak dengan kecepatan cahaya (lebih lambat sedikit sebenarnya) yaitu 300.000 kilometer per detik, maka sinyal radio baru akan sampai di bumi setelah:

= 250 detik atau sama dengan 4 menit 10 detik.

Apa artinya? Itu berarti kalau kita berseru “Halo” lewat komunikasi radio (atau handphone misalnya) dari planet Mars, maka kata “Halo” kita baru terdengar di Bumi 4 menit 10 detik kemudian!

Sekarang bagaimana jikalau pergi ke planet yang terjauh di tata surya yaitu: Neptunus! (Pluto sejak 2006 tidak dianggap sebagai planet lagi dan sejak itu gelar terhormat planet terjauh di tata surya jatuh pada planet Neptunus.) Jarak Matahari-Neptunus adalah 4,5 milyar kilometer, jadi (lagi2) secara kasar (sekali) jarak antara Bumi-Neptunus adalah 4,5 milyar kilometer dikurang 150 juta kilometer = 4,35 milyar kilometer. Nah, sekarang berapa lama sinyal dari planet Neptunus untuk sampai ke Bumi?

= 14.500 detik atau lebih dari 4 jam! (Tepatnya: 4 jam, 1 menit, 40 detik). Jadi kalau kita mengatakan “Halo” dari Neptunus maka suara “halo” kita baru terdengar di Bumi sekitar 4 jam kemudian!! Nah, bagaimana sekarang dengan tempat2 di luar tata surya kita yang jauh lebih jauh dibandingkan planet Neptunus, yang pengukurannya sudah memakai satuan “tahun cahaya” dan bukannya kilometer lagi?? Jikalau misalnya sebuah tempat yang jauhnya 100 tahun cahaya dari bumi, maka jikalau kita mengatakan “Halo”, maka suara “Halo” kita baru terdengar di bumi 100 tahun kemudian!! Mungkin pada saat suara “Halo”nya diterima di Bumi, orang yang mengatakan “Halo”nya sudah mampus duluan! Nah, dengan begini tentu komunikasi radio (termasuk audiovisual tentu saja) menjadi sangat tidak efisien. Nah, sekarang apa yang perlu dilakukan??

Seratus tahun cahaya dalam skala ruang angkasa sebenarnya adalah skala yang sangat kecil. Galaksi kita saja, galaksi Bima Sakti (Milky Way) mempunyai diameter 100.000 tahun cahaya, dan di luar sana terdapat galaksi-galaksi lain yang tidak terhitung jumlahnya. Sedangkan galaksi Andromeda, galaksi yang terdekat dengan kita berjarak kira2 2.500.000 tahun cahaya! Jadi jikalau di galaksi Andromeda ada BTS dan bisa henpon2an dengan bumi, maka suara “halo” kita baru bisa diterima dan didengar di Bumi 2.500.000 tahun kemudian setelah kita ngomong “halo”! Karena menurut mbah Einstein, tidak ada satu bendapun yang dapat melaju melebihi kecepatan cahaya maka kemungkinan besar masalah keseulitan komunikasi dengan jarak yang sangat sangat sangat jauh nampaknya akan menjadi masalah yang abadi. Maka banyak ilmuwan mengatakan mungkin perjalanan ruang angkasa di masa mendatang memang harus mandiri dan tidak bisa dikontrol dari Bumi karena hampir mustahil mengontrol perjalanan ruang angkasa yang sangat jauh dari Bumi.

Pilihan pertama untuk memperlancar perjalanan ruang angkasa yang jauh adalah, manusia harus membuat koloni di planet2 lain yang rute perjalanannya akan dilalui. Namun tentu saja membuat koloni di planet2 lain tidak semudah apa yang diucapkan. Pilihan kedua, manusia berharap di luar angkasa menemukan wormhole, ini bukan lubang cacing di tanah, tetapi jalan pintas menembus dimensi ruang dan waktu yang dapat mempersingkat perjalanan ruang angkasa secara dramatis! Namun sayang sampai saat ini keberadaan wormhole masih hanya sekedar hipotesis saja. Pilihan ketiga adalah pilihan yang paling logis untuk saat ini yaitu kapal ruang angkasa harus mandiri! Mandiri bagaimana?? Minimal paling sedikit apabila terjadi masalah baik teknis maupun non-teknis yang terjadi di pesawat angkasa itu harus dapat diatasi oleh para krew pesawat tersebut sendiri tanpa bantuan dari Bumi sama sekali.

Sedikit detailnya adalah begini: Pesawat ruang angkasa tersebut harus membawa pakar dari berbagai bidang ilmu mulai dari dokter (berbagai macam dokter spesialis tentu saja!), insinyur (berbagai macam insinyur, minimal elektro dan mesin), psikolog, dan sebagainya. Pesawat tersebut juga harus bisa berfungsi sebagai rumah sakit yang selengkap yang terbaik yang ada di Bumi, karena jikalau ada krew yang jatuh sakit dan misalnya perlu operasi dengan peralatan canggih maka pesawat tersebut tidak perlu kembali ke bumi. Jikalau ada suku cadang pesawat yang rusak, maka harus selalu tersedia suku cadangnya. Caranya bisa dengan membawa suku cadang sebanyak2nya untuk setiap bagian yang tentu saja tidak praktis, atau suku cadang harus bisa dibuat di kapal tersebut! Nah lho! Juga yang tak kalah penting tentu adalah makanan! Makanan harus juga bisa dihasilkan di atas pesawat angkasa karena makanan tak mungkin dibawa banyak dari bumi karena tentu dapat menjadi kadaluwarsa. Juga oksigen yang cukup harus dapat di-generate di atas pesawat angkasa atau disirkulasi di atas pesawat ruang angkasa (yang ini mungkin tidak terlalu masalah apalagi dengan teknologi yang akan datang). Dan yang senang science fiction, tentu berharap pesawat angkasa harus dapat mempertahankan dirinya sendiri kalau diserang alien tanpa bantuan dari bumi! Untuk urusan membawa segudang pakar dari berbagai macam ilmu tentu di masa mendatang bisa diharapkan untuk digantikan oleh AI (Artificial Intelligence), di mana seluruh database dan knowledge-base di berbagai bidang ilmu dapat dimasukkan ke dalam superkomputer pesawat angkasa, walaupun tentu harus ada beberapa orang pakar juga yang harus ikut dalam pesawat (pertanyaannya: Percayakah anda bahwa AI di masa mendatang bisa menggantikan total peran kepakaran manusia? Menariknya AI juga diharapkan bisa juga diharapkan untuk “menghibur” manusia, hiburan tersebut dapat berupa hologram hidup dalam bentuk orang-orang yg dicintai (keluarga) para krew astronot yang mereka tinggalkan di bumi yang dapat diajak bercakap2 seolah2 mereka bercakap2 dengan anggota keluarga mereka sendiri. Hologram di masa mendatang juga diharapkan dapat menampilkan suasana di Bumi di atas pesawat ruang angkasa mereka sehingga para krew secara psikologis dapat menjadi lebih nyaman karena lebih merasa seperti di rumah sendiri.

Yah, begitulah sekelumit pesawat ruang angkasa yang harus mandiri jikalau ingin menempuh jarak sangat jauh di ruang angkasa. Pendek kata, pesawat angkasa tersebut harus dapat menjadi sebuah kota mandiri di ruang angkasa, atau bahkan harus menjadi “planet” tersendiri dan blogsfer biosfer tersendiri. Dengan begini aku bisa mengerti kerumitan perjalanan ruang angkasa yang sangat jauh dan sadar kenapa perjalanan ruang angkasa masih tetap menjadi angan2...
Di kutip dari spektrumku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar